
Dalam penggarapan film, Audio merupakan salah satu hal yang patut diperhatikan .
Karena audio akan membantu menyampaikan informasi yang mendukung visual, baik dialoq, scoring, foley ataupun ambience. dalam proses penggarapan audio untuk film,juga membutuhkan pra produksi yang matang, dimana sang audiomen perlu mengenal cerita, visual, lokasi dan berbagai unsur - unsur lain diluar audio. hal ini dibutuhkan agar terjadi singkronisasi kerja yang baik untuk audiomen dalam mendesign suara, baik dilapangan, maupun pada saat post production.
Dilapangan sang audiomen dan seperangkat alatnya membutuhkan tempat yang stabil, tempat stabil yang dimaksud bukan selamanya tempat yang istimewa atau lenkap dengan kemudahan, namun setidaknya aman untuk alat dan mendukung kerja, secara monitoring. dalam monitoring sendiri audiomen akan sewaktu - waktu berkomunikasi dengan sutradara dan boomer. kebutuhan berkomunikasi dengan sutradara adalah untuk memastikan bahwa mic boom tidak bocor dimonitor preview dan juga berkaitan dengan hal - hal lain yang sewaktu - waktu terjadi dilapangan, ataupun upaya mentoleransi imajinasi - imajinasi liar sutradara yang lahir dilapangan. kebutuhan berkomunikasi dengan boomer adalah mengenai kepentingan micking dalam proses pengambilan suara, seperti kamera membutuhkan angel tertentu, begitupun sang audiomen juga membutuhkan angel tertentu. angel audio disini adalah micking potitioning untuk mengambil suara secara baik dan jelas sesuai kebutuhan. dengan demikian harapannya hasil dari micking yang baik juga dapat menghasilkan pengambilan suara yang baik pula.
Siapa saja yang boleh mendengarkan suara pada saat proses on location recording dari audiomen ? sebenarnya siapapun yang terlibat pada film production boleh mendengarkan suara yang didengar oleh audiomen, namun biasanya yang perlu fokus mendapatkan monitor suara adalah audiomen, boomer, sutradara dan cameraman. monitor suara dapat didengarkan melalui headphone yang tersedia di work station audiomen. maksud dari perlunya mendengarkan suara tersebut adalah, agar semua yang terlibat bisa mengetahui bagaimana sang audiomen bekerja, sebagai contoh pada saat sutradara mengatakan "silent please !" maka semua tim yang terlibat mampu menahan diri untuk tidak menimbulkan suara jika dibutuhkan, mengingat microphone yang digunakan sangat sensitiv sekali dengan penangkapan suara.
cliper adalah sahabat sang audiomen, cliper bertugas membacakan dengan suara keras dan jelas keterangan pengambilan gambar, apa yang dibacakan cliper tersebut direkam oleh audiomen, kebutuhannya adalah untuk memberi identitas pada suara yang diambil, sehingga pada saat post production akan ada keterangan untuk setiap hasil rekaman.
kira - kira seperti ini pengalaman yang saya dapatkan dilapangan, semoga catatan ini bisa membantu teman - teman yang tertarik mengeluti dunia audio for film. terimakasih telah membacanya.
Photo Doc OrcaFilm
Karena audio akan membantu menyampaikan informasi yang mendukung visual, baik dialoq, scoring, foley ataupun ambience. dalam proses penggarapan audio untuk film,juga membutuhkan pra produksi yang matang, dimana sang audiomen perlu mengenal cerita, visual, lokasi dan berbagai unsur - unsur lain diluar audio. hal ini dibutuhkan agar terjadi singkronisasi kerja yang baik untuk audiomen dalam mendesign suara, baik dilapangan, maupun pada saat post production.
Dilapangan sang audiomen dan seperangkat alatnya membutuhkan tempat yang stabil, tempat stabil yang dimaksud bukan selamanya tempat yang istimewa atau lenkap dengan kemudahan, namun setidaknya aman untuk alat dan mendukung kerja, secara monitoring. dalam monitoring sendiri audiomen akan sewaktu - waktu berkomunikasi dengan sutradara dan boomer. kebutuhan berkomunikasi dengan sutradara adalah untuk memastikan bahwa mic boom tidak bocor dimonitor preview dan juga berkaitan dengan hal - hal lain yang sewaktu - waktu terjadi dilapangan, ataupun upaya mentoleransi imajinasi - imajinasi liar sutradara yang lahir dilapangan. kebutuhan berkomunikasi dengan boomer adalah mengenai kepentingan micking dalam proses pengambilan suara, seperti kamera membutuhkan angel tertentu, begitupun sang audiomen juga membutuhkan angel tertentu. angel audio disini adalah micking potitioning untuk mengambil suara secara baik dan jelas sesuai kebutuhan. dengan demikian harapannya hasil dari micking yang baik juga dapat menghasilkan pengambilan suara yang baik pula.
Siapa saja yang boleh mendengarkan suara pada saat proses on location recording dari audiomen ? sebenarnya siapapun yang terlibat pada film production boleh mendengarkan suara yang didengar oleh audiomen, namun biasanya yang perlu fokus mendapatkan monitor suara adalah audiomen, boomer, sutradara dan cameraman. monitor suara dapat didengarkan melalui headphone yang tersedia di work station audiomen. maksud dari perlunya mendengarkan suara tersebut adalah, agar semua yang terlibat bisa mengetahui bagaimana sang audiomen bekerja, sebagai contoh pada saat sutradara mengatakan "silent please !" maka semua tim yang terlibat mampu menahan diri untuk tidak menimbulkan suara jika dibutuhkan, mengingat microphone yang digunakan sangat sensitiv sekali dengan penangkapan suara.
cliper adalah sahabat sang audiomen, cliper bertugas membacakan dengan suara keras dan jelas keterangan pengambilan gambar, apa yang dibacakan cliper tersebut direkam oleh audiomen, kebutuhannya adalah untuk memberi identitas pada suara yang diambil, sehingga pada saat post production akan ada keterangan untuk setiap hasil rekaman.
kira - kira seperti ini pengalaman yang saya dapatkan dilapangan, semoga catatan ini bisa membantu teman - teman yang tertarik mengeluti dunia audio for film. terimakasih telah membacanya.
Photo Doc OrcaFilm
0 komentar:
Posting Komentar